“Wanita Yang Memesan Neraka”
Ini adalah suatu kisah yang saya baca dari sebuah
note di facebook seseorang sehingga mohon maaf apabila tidak dapat mencantumkan
sumbernya karena sudah lupa. Kisah ini walaupun saya tidak begitu tahu apakah
nyata ataupun buatan, tetapi isinya memiliki makna yang dapat membuat kita
merenung. Jadi alangkah baiknya jika cerita ini juga setidaknya dapat anda
baca. Selamat membaca.
Kisah Renungan “WANITA YANG MEMESAN TEMPAT DI
NERAKA”
Musim panas merupakan ujian yang cukup berat.
Terutama bagi Muslimah, untuk tetap mempertahankan pakaian kesopanannnya. Gerah
dan panas tak lantas menjadikannya menggadaikan etika. Berbeda dengan musim
dingin, dengan menutup telinga dan leher kehangatan badan bisa terjaga. Jilbab
memang memiliki multifungsi.
Dalam sebuah perjalanan yang cukup panjang, dari
Kairo ke Alexandria; di sebuah mikrobus, ada seorang perempuan muda berpakaian
kurang layak untuk dideskripsikan sebagai penutup aurat, karena menantang
kesopanan. Ia duduk diujung kursi dekat pintu keluar. Tentu saja dengan cara
pakaian seperti itu mengundang ‘perhatian’ kalau bisa dibahasakan sebagai
keprihatinan sosial.
Seorang bapak setengah baya yang kebetulan duduk
disampingnya mengingatkan bahwa pakaian yang dikenakannya bisa mengakibatkan
sesuatu yang tak baik bagi dirinya sendiri. Disamping itu, pakaian tersebut
juga melanggar aturan agama dan norma kesopanan. Orang tua itu bicara agak
hati-hati, pelan-pelan, sebagaimana seorang bapak terhadap anaknya.
Apa respon perempuan muda tersebut? Rupanya dia
tersinggung, lalu ia ekspresikan kemarahannya karena merasa hak privasinya
terusik. Hak berpakaian menurutnya adalah hak prerogatif seseorang!
“Jika memang bapak mau, ini ponsel saya. Tolong
pesankan saya, tempat di neraka Tuhan Anda!”
Sebuah respon yang sangat frontal. Orang tua
berjanggut itu hanya beristighfar. Ia terus menggumamkan kalimat-kalimat Allah.
Penumpang lain yang mendengar kemarahan si wanita ikut kaget, lalu terdiam.
Detik-detik berikutnya, suasana begitu senyap.
Beberapa orang terlihat kelelahan dan terlelap dalam mimpi, tak terkecuali
perempuan muda itu.
Lalu sampailah perjalanan di penghujung tujuan,
di terminal terakhir mikrobus Alexandria. Kini semua penumpang bersiap-siap
untuk turun, tapimereka terhalangi oleh perempuan muda tersebut yang masih
terlihat tidur, karena posisi tidurnya berada dekat pintu keluar.
“Bangunkan saja!” kata seorang penumpang.
“Iya, bangunkan saja!” teriak yang lainnya.
Gadis itu tetap bungkam, tiada bergeming.
Salah seorang mencoba penumpang lain yang tadi
duduk di dekatnya mendekati si wanita, dan menggerak-gerakkan tubuh si gadis
agar posisinya berpindah. Namun, astaghfirullah! Apakah yang terjadi? Perempuan
muda tersebut benar-benar tidak bangun lagi. Ia menemui ajalnya dalam keadaan
memesan neraka!
Kontan seisi mikrobus berucap istighfar, kalimat
tauhid serta menggumamkan kalimat Allah sebagaimana yang dilakukan bapak tua
yang duduk di sampingnya. Ada pula yang histeris meneriakkan Allahu Akbar
dengan linangan air mata.
Sebuah akhir yang menakutkan. Mati dalam keadaan
menantang Tuhan. Seandainya tiap orang mengetahui akhir hidupnya. Seandainya
tiap orang menyadari hidupnya bisa berakhir setiap saat. Seandainya tiap orang
takut bertemu dengan Tuhannya dalam keadaan yang buruk. Seandainya tiap orang
tahu bagaimana kemurkaan Allah. Sungguh Allah masih menyayangi kita yang masih
terus dibimbing-Nya. Allah akan semakin mendekatkan orang-orang yang dekat
dengan-NYA semakin dekat. Dan mereka yang terlena seharusnya segera sadar,
mumpung kesempatan itu masih ada!
Apakah booking tempatnya terpenuhi di alam sana?
Wallahu a’lam
“Dan aku tidak menciptakan jin
dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Adz
Dzaariyaat(51):56)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar