Kamis, 03 Mei 2012

Ibroh


Senjata Makan Tuan

D
i Sajastan, wilayah Asia Tengah, antara Iran dan Afganistan, hidup seorang ulama ahli bahasa yang amat terkenal. Suatu hari ia menasehati putranya : “Kalau kamu hendak membicarakan sesuatu, paki dahulu otakmu. Pikirkan dengan matang, setelah itu, baru katakan dengan kalimat yang baik dan benar.”
                Pada suatu hari di musim hujan, keduanya sedang duduk – duduk santai di dekat api unggun di rumahnya. Tiba – tiba sepercik api mengenai jubah tenunan dari sutera yang dikenakan sang ayah. Peristiwa itu dilihat putranya, namun diam saja.
                Setelah berpikir beberapa saat barulah ia membuka mulut.
Anak : “Ayah, aku ingin mengatakan sesuatu, bolehkah?” tanyanya
Ayah : “Kalau menyangkut kebenaran katakan saja.” Jawab sang ayah
Anaka : “ Ini memang menyangkut kebenaran,” jawabnya.
Ayah : “ Silahkan.” Kata sang ayah
Anak : “Benda apa itu?”, tanya sang ayah. “Sepercik api mengenai jubah ayah.” Jawabnya
                Seketika sang ayah melihat jubah yang sebagian sudah hangus terbakar.
Ayah : ”Kenapa tidak beritahukan kepada ayah dari tadi?” kata sang ayah
Anak : “ Aku harus berpikir dahulu sebelum mengatakannya, seperti apa yang Ayah nasihatkan kepadaku tempo hari.” Jawab sang anak dengan lugu
                Sejak itu ia berjanji akan lebih berhati – hati dalam memberikan nasihat pada putranya. Ia tidak ingin peristiwa pahit seperti itu terulang lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar